Puncak adalah bagian yang paling atas dari sebuah gunung. Wilayah puncak biasanya, memiliki alam yang asri nan indah. Saat di atas puncak, kita akan disambut oleh rumput yang menari-nari riang, dihembuskan angin. Kita akan disuguhkan hamparan hijau dan rumah-rumah yang tertata rapi terlihat dari ketinggian. Kita pun, akan dibuat takjub oleh kehadiran sunrise yang disertai indahnya awan, menyelimuti sekitar puncak di pagi hari. Membuat kita, seperti berada di Negeri di atas awan.
Masyaallah, Allah memang romantis ya! Telah menciptakan suasana puncak yang eksotis. Menciptakan gunung dan langit saling menatap, walaupun keduanya tidak saling dekat. Menciptakan bumi beratapkan langit biru walaupun aku tahu, langit tidak selalu biru. Ya, mungkin itu adalah salah satu cara agar kita selalu merindu. Perihal rindu memang rumit. Membuatku harus mengingat dan membuka kembali, buku cerita liburan ke puncak tahun lalu.
Ya, akhir Tahun 2019 lalu, tepatnya sebelum korona datang ke Indonesia. Aku dan teman-temanku yaitu Khusna, Virginia, Prayetno, dan Prasetyo pergi ke puncak tanpa direncanakan. Modal bismillah, hanya berbekalkan maps karena ini adalah pertama kalinya. Sebelumnya, aku bersama tiga temanku, sudah lebih dulu melakukan perjalanan yang cukup jauh. Kita sempat bermalam di hotel bintang lima yaitu, rumah khusna, hehe. Kemudian, melanjutkan perjalanan sampai akhirnya, memutuskan untuk singgah ke rumah Prasetyo yang katanya, dekat dengan puncak yang kita tuju. Singkat cerita, kita pun melakukan perjalanan bersama.
Oiya, sebelum berangkat sebenarnya, Bapaknya prasetyo, menawarkan kita untuk membawa selimut. Tapi, kita menolak karena merasa tidak terlalu dingin. Akhirnya, ibu prasetyo membawakan sepiring kue yang masih hangat untuk cemilan di perjalanan, tapi aku lupa namanya kue apa.
Lanjut perjalanan, ternyata yang katanya dekat itu tidak, seperti yang kita bayangkan dekatnya guys. Tapi, tentu saja perjalanan kita sangat seru. Bagaimana tidak! Kita harus melewati beberapa musim dalam sehari lohh. Ya, selama perjalanan mulai dari rumah khusna kita merasakan musim panas, mendung, hujan, dingin sampai dingin banget. Pokoknya seru deh! Eitss, jangan dibayangin dulu serunya ya.
Oiya, sebelum berangkat sebenarnya, Bapaknya prasetyo, menawarkan kita untuk membawa selimut. Tapi, kita menolak karena merasa tidak terlalu dingin. Akhirnya, ibu prasetyo membawakan sepiring kue yang masih hangat untuk cemilan di perjalanan, tapi aku lupa namanya kue apa.
Lanjut perjalanan, ternyata yang katanya dekat itu tidak, seperti yang kita bayangkan dekatnya guys. Tapi, tentu saja perjalanan kita sangat seru. Bagaimana tidak! Kita harus melewati beberapa musim dalam sehari lohh. Ya, selama perjalanan mulai dari rumah khusna kita merasakan musim panas, mendung, hujan, dingin sampai dingin banget. Pokoknya seru deh! Eitss, jangan dibayangin dulu serunya ya.
Drama perjalanan dimulai. Tiba-tiba Virginia terlihat pucat saat di mobil. Ya, karena suhu yang sangat dingin, cuaca sedang hujan ditambah lagi, perjalanan yang berkelok-kelok membuatnya mabuk perjalanan. Oiya, sekedar mengingatkan! Buat teman-teman yang mau melakukan perjalanan jauh, sebaiknya membawa P3K ataupun obat pribadi ya. Penting banget guys! Jangan sampai lupa kaya kita ya, hehe. Untungnya, Virginia kuat ditambah semangatnya ingin bertemu puncak tak membuatnya mudah menyerah.
Perjuangan untuk sampai di puncak belum selesai. Kita masih harus melewati kota yang sangat dingin, sebut saja "Frozen City". Bukan main lagi dinginnya kota ini. Aku sampai tak berani menyentuh air di kota ini. Dingin yang hampir membuat beku bagi pendatang. Mungkin, bagi penduduk asli sudah terbiasa. Bahkan, katanya ini belumlah terlalu dingin. Hemmm... untung, orang-orangnya tidak sedingin kotanya. Ya, justru kita disambut dengan hangat di sana.
Oiya, di sini kita singgah di rumah buleknya prasetyo. Lagi-lagi kita disuruh membawa selimut dan dibekali makanan guys. Dalam hati aku ketawa "sebenarnya ini kita mau ngecamp apa pindahan ya, hehe" Tapi, dinginnya kota ini membuat kita tidak bisa menolak selimut.
Oiya, di sini kita singgah di rumah buleknya prasetyo. Lagi-lagi kita disuruh membawa selimut dan dibekali makanan guys. Dalam hati aku ketawa "sebenarnya ini kita mau ngecamp apa pindahan ya, hehe" Tapi, dinginnya kota ini membuat kita tidak bisa menolak selimut.
Singkat cerita, hari semakin gelap. Setelah shalat isya berjamaah, kita melanjutkan perjalanan menuju puncak. Berbekalkan senter kita berjalan kaki, melewati jalan setapak yang gelap. Karena sudah lelah, kita memutuskan untuk mendirikan tenda dan bermalam di camping ground. Prayetno dan Prasetyo mensurvey lokasinya. Setelah dipastikan aman, aku, Khusna, dan Virginia membantu membangun tenda. Ya, walaupun cuma bantu ngeliatin aja si sebenernya, hehe. Tak lupa, kita sempatkan ngopi dan ngobrol sebentar. Lalu, lanjut istirahat sampai pagi.
Tetesan embun di pagi buta, membangunkan kita. Setelah semalam berperang dengan rasa dingin, pagi ini kita masih harus melawannya dengan sisa-sisa energi. Mungkin ini alasan kenapa kita disuruh bawa selimut. Tak mau kalah dengan rasa dingin, setelah shalat subuh kita bergegas menuju puncak. Saat itu, perjalanan sangat ramai oleh wisatawan. Ini diluar ekspetasi, kita tak menyangka bakal seramai ini.
Yasudahlah, tak apa. Kita terus berjalan kaki, menaiki anak tangga puncak yang cukup melelahkan. Setelah beberapa kali istirahat dan menghela napas akhirnya, kita sampai di puncak. Seharusnya puncak dapat ditempuh dalam waktu 15 menit dari camping ground, tetapi kita menghabiskan waktu kira-kira 30 menitan. Hehe.., biasalah ya cewek, pasti paham kan!
Saat tiba di atas puncak, kita langsung disambut oleh kedatangan mentari yang tersenyum indah. Seketika rasa lelah itu luruh berjatuhan. Keindahannya membuat terpesona. Nah, sekarang coba deh bayangin gimana indahnya. Gimana udah kebayang? Hehe.
Yasudahlah, tak apa. Kita terus berjalan kaki, menaiki anak tangga puncak yang cukup melelahkan. Setelah beberapa kali istirahat dan menghela napas akhirnya, kita sampai di puncak. Seharusnya puncak dapat ditempuh dalam waktu 15 menit dari camping ground, tetapi kita menghabiskan waktu kira-kira 30 menitan. Hehe.., biasalah ya cewek, pasti paham kan!
Saat tiba di atas puncak, kita langsung disambut oleh kedatangan mentari yang tersenyum indah. Seketika rasa lelah itu luruh berjatuhan. Keindahannya membuat terpesona. Nah, sekarang coba deh bayangin gimana indahnya. Gimana udah kebayang? Hehe.
Singkat cerita, semakin lama semakin ramai kondisi di atas puncak. Karena terlalu ramai kita merasa kurang nyaman. Aku dan teman-teman, kembali ke camping ground. Hijaunya alam kembali menyapa, hembusan angin berbisik syahdu dan langit yang biru begitu teduh di jiwa. Keharmonisan itu berlanjut ketika kita menyiapkan sarapan bersama. Menu yang sederhana namun, melatih kekompakan kita. Ya, apalagi kalau bukan memasak mie instan.
Kreatifitas kita pun diuji karena tak membawa sendok, ataupun garbu untuk menyantap menu spesial. Tak kehabisan ide, kita pun memanfaatkan tangkai buah rambutan yang kita bawa sebagai sumpit, untuk menyantap mie instan. Hey, kamu, yang pernah mengalami hal seperti ini, pasti senyum-senyum baca ini. Hehe... iya, iya kamu kreatif kok.
Kreatifitas kita pun diuji karena tak membawa sendok, ataupun garbu untuk menyantap menu spesial. Tak kehabisan ide, kita pun memanfaatkan tangkai buah rambutan yang kita bawa sebagai sumpit, untuk menyantap mie instan. Hey, kamu, yang pernah mengalami hal seperti ini, pasti senyum-senyum baca ini. Hehe... iya, iya kamu kreatif kok.
Moment itu selalu mengingatkanku pada ayat Allah, "Fa bi'ayyi ala'i rabbikuma tukadzdziban" yang artinya, Maka nikmat tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? (S.Q. Ar-Rahman). Masyaallah, alam mengingatkan kita untuk bersyukur. Sesederhana makan mie bersama di alam terbuka. Itu adalah nikmat Allah yang luar biasa membuat kita bahagia, tertawa bersama. Terkadang kita lupa telah diberi rezeki, dipertemukan dengan teman yang baik dan diperlihatkan pemandangan yang indah. Itu semua hal yang perlu kita syukuri karena tidak terlepas dari peran Allah SWT.
Hari sudah siang, kita pun harus kembali pulang. Aku mendapat sepucuk surat dari puncak kala itu, yang berisi pesan "jika kamu pandai menjaga alam, maka di manapun kamu berada akan melihat keindahan". Masyaallah, alam kembali mengingatkan kita. Selama ini, kita selalu mencari keindahan, tapi kita lupa untuk memberi keindahan pada alam.
Nah, mulai sekarang kita sama-sama belajar untuk saling menjaga dan memberikan keindahan ya! Dimulai dari hal-hal sederhana, oleh diri kita sendiri di lingkungan sekitar. Misalnya, menanam tanaman di rumah, kalo belum sempat setidaknya tidak merusak tanaman yang ada. Tidak membuang sampah sembarangan dan masih banyak lagi. Selain itu, mencoba lebih dekat dengan alam adalah salah satu upaya, agar kita merasakan keindahan dan juga mengerti caranya memberikan keindahan.
Sekian dulu ya, liburan kali ini. Sebenarnya, masih banyak moment yang tidak dituliskan, tapi ini sudah cukup untuk pelipur rindu. Setidaknya tulisan ini, mengingatkan kita agar tidak lupa bagaimana serunya suasana muncak. Bahkan, mungkin ceritamu lebih seru. Oiya, sepertinya cerita muncak tahun lalu, belum tergantikan sampai akhir bulan ini. Ya, tepatnya sampai hari ini tanggal 26 Agustus 2020, ciee ada yang ulang tahun. Barakallah fii umrik virginia. Sampai hari ini aku, dan teman-teman belum sempat mengunjungi tempat lain, hehe. Enggak kerasa kan ya, udah mau akhir tahun lagi.
Ya, begitulah waktu terus melaju seolah tak ingin menunggu. Kadang aku masih gak nyangka. Ternyata, kita pernah main sejauh itu. Sebelum akhirnya, dipisahkan sejauh ini. Ya, saat ini Khusna sudah berada di Ibu Kota, Prasetyo menetap di Negeri dingin, sedangkan aku, Virginia, dan Prayetno masih tetap di Kota Istimewa. Perihal pertemuan dan perpisahan tak ada yang kebetulan karena Allah sudah merencanakan. Betipun halnya dengan liburan.
Aku tahu kita sama-sama butuh liburan. Namun, tak perlu sedih jika memang tahun ini belum sempat muncak. Mungkin, Allah ingin agar kamu muncak bersama pasangan halal. Jadi, sabar dulu ya! sembari menunggu corona hilang. Seperti halnya mentari yang datang tepat pada waktunya, percayalah waktu yang tepat untuk liburanmu pun akan tiba.
Ya, begitulah waktu terus melaju seolah tak ingin menunggu. Kadang aku masih gak nyangka. Ternyata, kita pernah main sejauh itu. Sebelum akhirnya, dipisahkan sejauh ini. Ya, saat ini Khusna sudah berada di Ibu Kota, Prasetyo menetap di Negeri dingin, sedangkan aku, Virginia, dan Prayetno masih tetap di Kota Istimewa. Perihal pertemuan dan perpisahan tak ada yang kebetulan karena Allah sudah merencanakan. Betipun halnya dengan liburan.
Aku tahu kita sama-sama butuh liburan. Namun, tak perlu sedih jika memang tahun ini belum sempat muncak. Mungkin, Allah ingin agar kamu muncak bersama pasangan halal. Jadi, sabar dulu ya! sembari menunggu corona hilang. Seperti halnya mentari yang datang tepat pada waktunya, percayalah waktu yang tepat untuk liburanmu pun akan tiba.
Penulis : Ambar Oktavia
Picture : By Me
6 Comments
Wah nama pemerannya bagus yaa😋
ReplyDeleteKok namanya mirip ya
DeleteWah nama pemerannya bagus yaa😋
ReplyDelete🤑
DeletePen ikut kl muncak lg 😁
ReplyDeleteYuh, kapan jak aku muncak wkwk
Delete